Mungkin kau benar, seseorang tak kan pernah menjadi kupu-kupu sebelum ia melewati proses sebagai ulat yg menjijikkan dan kepompong yg menyedihkan.
Dan aku memang pernah melewati semuanya.
Tapi tak cukup dari semua proses itu.
Kupu-kupu tak mampu terbang sendirian.
Ia membutuhkan teman sebagai penuntun jalan.
Dan aku kupu-kupu bersayap rapuh, yang beruntung menapaki teduhnya hatimu yang rindang.
Tujuh tahun kita bertemu.
Saling jatuh cinta lewat hijab dan jalan dakwah.
Namun jarang sekali mengungkap cinta di antara kita.
Yang tampak justru seringkali hanya saling menampar lewat kata.
Namun dari semua itulah hati kita terpaut.
Tak pernah basa-basi memberikan kritik.
Tak pernah berusaha manis kala memuji.
Juga tak pernah saling membalut empedu dengan buaian coklat manis.
Semua alami tampak apa adanya.
Ratusan kali kita bertengkar.
Ribuan kali kita silang pendapat.
Namun tak satupun yg mampu menggoyah ikatan kita.
Kerap kali kau iri setiap aku mulai mendaki puncak.
Tak terhitung pula berapa kali aku mendengki pada keteguhan hatimu mencintai Ilahi Rabbi.
Kita sudah terlanjur berbeda haluan.
Mungkin pula sudah berbeda tujuan.
Namun perbedaan tak menjadi pemisah kita.
Kekosongan ini tetap hampa tak berisi tanpamu.
Dan kerinduan ini tetap tak terobati sampai kita diizinkan bersama lagi, seperti saat 7 tahun silam.
This is Our September,
Bulan dimana kita memulai segalanya.
(-25 September ’05-)