My Husband’s Dreams

Do you have a dream??? …..Yeah, I sure that everybody must have a dream.

Bukan, bukan mimpi yang jadi penghias saat tidurmu, melainkan mimpi yang menjadi fokus / motivasi / tujuan dari hidup setiap orang, gitcu lho 

Semua orang pasti memiliki impian dalam hidupnya, pasti. Baik itu anak-anak, remaja, orang dewasa, laki-laki, perempuan, bahkan manula sekalipun.
Saya ingat ketika berusia 7 tahun, saat itu saya sudah duduk di kelas 3 SD, saya diminta oleh orang tua untuk mengurutkan semua impian dan cita-cita saya.
Dengan lugu saya menuliskan di sebuah buku : Piala yang banyak, wisuda TPA, punya adek (karena saya masih jadi anak tunggal), sekolah tinggi-tinggi, wisuda kuliah, jadi dokter, punya prakter kayak dr.Irfan (dokter pribadi saya sejak kecil yg dulu gantengnya kebangetan) :P .

***

Well, itu sekilas impian saya ketika kecil.
Sekarang bagaimana dengan impian suami saya???

Yang jelas, saya ga pernah tau apa dan gimana impian dia ketika kecil.
Yang saya tau sama seperti yang hampir semua orang tau, mengingat saat saya mengenalnya, beliau adalah seorang yang selalu memvisualisasikan semua impian-impiannya.
Bukankah “orang besar lahir dari impian yang besar?!”

Sekilas yang saya tau dari buku impiannya sekitar 4 tahun lalu, ada beberapa impian suamiku yang menjadi motivasi pencapaian hidupnya, seperti : kendaraan pribadi, salah satunya adalah Satria FU yang menjadi tunggangannya sekarang adalah hasil dari impian yang ditanamnya sejak 5 atau 6 tahunan silam.
Jadi aneh aja kalo ada yang merasa paling kenal sama suamiku, tapi koq malah bilang bahwa suamiku tidak pernah berkeinginan membeli kendaraan apapun.
Ah, rasanya semua orang juga tau tidak mungkin seorang Ardy Hidayat bertumbuh dalam impian yang kerdil 😉

Selain kendaraan, setiap orang pasti memimpikan sesuatu yang jauh lebih besar, nama baik yang besar mungkin, atau menjamin kesejahteraan orang-orang tercinta mungkin.
Begitu juga dengan suamiku.
Dia punya begitu banyak impian-impian besar. Tapi anehnya……….
Dalam dream list yang dia tulis 4-6 tahun silam, pernikahan adalah impiannya yang paling akhir yang ingin diwujudkannya, dan dia berencana akan mencapai sebuah pernikahan di usia minimal 28 tahun.

***

Yak, sekilas itulah sebagian dari impian suami saya, sekali lagi : itu impian suami saya, bukan janjinya kepada saya.
Tau apa bedanya antara impian dan janji???

Impian / motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu.

Sedangkan Janji adalah sebuah kontrak psikologis yang menandakan transaksi antara 2 orang di mana orang pertama mengatakan pada orang kedua untuk memberikan layanan maupun pemberian yang berharga baginya sekarang dan akan digunakan maupun tidak.
Janji juga bisa berupa sumpah atau jaminan.

Nah, dalam konteks ini, selama kami saling mengenal, saya bahkan tidak pernah berbicara serius secara empat mata dengannya mengenai masing-masing impian kami.
Okelah, saya memang tau semua impian-impian besarnya, tapi karena saya bukan tipe pribadi yang suka menyangkut-pautkan semua hal dengan keberadaan diri saya, maka saya tidak terlalu ambil pusing dengan apa yang pernah dikatakannya di hadapan publik.

Contoh : Ketika dia katakan akan menikah di usia min.28 tahun, saya sih cuek saja.
Tidak terbersit untuk menghitung usianya sekarang dan berapa tahun lagi hal itu akan terwujud, lalu diam-diam membandingkan dengan usia saya sekian tahun ke depan…OH NO!!! It’s not me!!!

Terus terang, saya tak pernah berharap menjadi bagian dari mimpi seseorang, entah itu mimpi baik terlebih jika itu mimpi buruk.
Saya ingin berdiri di atas mimpi saya sendiri, tidak bergantung pada mimpi orang lain, meskipun itu keluarga, pacar atau suami sekalipun.
Saya hanya ingin menjadi saya, ala kadarnya saya.
Suka atau tidak, inilah saya!

***

Mimpi saya ketika beranjak dewasa cukup sederhana, saya hanya ingin wisuda dengan uang saya sendiri, lalu memanjakan orang tua dan adik saya dengan hasil kucuran keringat saya, setelah itu menikah dengan pria yang satu visi dengan saya, lalu hidup bahagia bersama selamanya.
Simpel bukan?! ;)

Hampir semua mimpi saya terwujud, 2 bulan sebelum yudisium saya mendapat tawaran kerja, yang artinya saya bisa wisuda dengan biaya sendiri.
meskipun sebetulnya biaya wisuda telah dilunasi, tapi gaji pertama saya 2 bulan berturut-turut saya berikan utuh pada ibu untuk mengganti biaya wisuda saya.

Senang rasanya ketika adik saya satu-satunya meminta apapun, segera bisa saya kabulkan.
Senang melihat tatapan bangga ibu-bapak setiap awal bulan karena semua kebutuhan rumah sudah saya penuhi.
Senang karena sampai detik ini, baik saya maupun adik saya belum pernah menggunakan handphone yang dibeli dengan uang ortu, bahkan ibu saya yang kini justru memakai handphone yang saya belikan 

Senang bahkan saat menikahpun, baik Orang tua maupun mertua saya sama sekali tidak berpusing ria untuk urusan dana, karena kami mengawali kehidupan kami selalu dengan kucuran keringat sendiri.

Senang saat ada yang mencibir kami “buta baru melek”, “baru kenal duit banyak” katanya. Hehe, betul itu….tapi yaaaa, beginilah kami, yang selalu berusaha berdiri di atas kaki sendiri, tidak membanggakan hasil keringat orang tua, karena kami punya hasil keringat sendiri, dan tidak bergantung di bulu ketek ma-pa 

***

Ya, sebagian besar impian saya sudah terwujud, mungkin karena mimpi saya cukup sederhana, jadi tidaklah sulit untuk merealisasikannya.
Tapi bagaimana dengan impian-impian besar suami saya??? Apakah sudah terwujud???
Jelas belum sodara-sodara.

Dulu sekali, ketika saya mendengar semua impiannya, saya pesimis bahwa beliau mungkin tidak akan pernah menikah seumur hidupnya.
Ya karena beliau meletakkan pernikahan sebagai hal terakhir yang ingin dicapainya dalam hidup, tentu saja setelah dia mencapai sederet dream list yang dibuatnya.

Saya ingat, 3 tahun lalu ada temannya yg bertanya pada saya, tidakkah saya takut pada mimpinya?
Tidakkah saya takut jika nanti usia saya semakin lanjut dan semua impiannya belum juga bisa terpenuhi?
Tidakkah saya takut jika suatu saat saya ikut mendapat cibiran atas mimpi-mimpinya yang tak tercapai???

Takut??? Kenapa musti takut???
Kenapa saya harus takut akan mimpi orang lain?
Kenapa saya harus takut pada rencana manusia?
Bukankah kita seringkali mendengar bahasa “Manusia hanya bisa berencana, namun Tuhan lah yang jadi penentunya”.

Terus terang, saya tidak pernah takut dengan sederet rencana manusia.
Justru saya takut pada manusia yang hidupnya tidak terencana dan tidak memiliki impian apapun untuk kebesaran masa depannya.

Ketika hanya segelintir dari impian suami saya yang baru bisa dipenuhinya, saya tidak mencibirnya.
WHY???
Karena prioritas impian seseorang bisa berubah, dan saya tau suami saya tentu punya alasannya sendiri dalam setiap langkah yang ditempuhnya.

Ketika harta dunia tak lagi menjadi prioritas utama dalam hidupnya, Anda tau apa yang kemudian menjadi prioritas yang harus segera dicapainya???
Amazing, nama saya menjadi deret pertama dalam daftar impiannya kemarin, hari ini, dan (semoga) selamanya.
Menikah dengan Elda, begitulah yang pada akhirnya saya tau menjadi satu-satunya impian utamanya, tak peduli meski ia masih miskin harta, tak peduli meski ia belum memiliki istana, dia hanya ingin hidup bersama saya, dan impian ini tak bisa lagi menunggu hingga usianya mencapai 28 tahun atau lebih.

Bagi saya pribadi, ketika dia memilih untuk segera menjadikan saya halal baginya, itu adalah satu hal yang sangat luar biasa.
Mengingat dulu menikah adalah impian terakhir yang ingin dicapainya, mengingat usianya bahkan belum genap 27 tahun saat menikahi saya, mengingat bahwa sayapun belum dikejar usia untuk segera cepat-cepat menikah.

Impian seseorang bisa berubah, teman.
Jika dulu suami saya berpikir bahwa harta akan membawanya bahagia melebihi kebahagiaan memiliki seorang kekasih, maka tak ada salahnya jika ternyata akhirnya dia merasa kehidupannya akan jauh lebih bahagia jika dia telah memiliki saya secara utuh

Jadi, ketika hari ini, ada orang yang berkata bahwa suami saya adalah seorang yang tidak berprinsip karena mengubah prioritas impiannya, maka itu SALAH BESAR!!!
Karena prinsip suami saya adalah Segera mungkin meraih apa yang betul-betul diinginkannya! ;)

Sungguh, kenyataannya memang tak ada dan tak akan pernah ada yang menyalahkan perubahan dream list suami saya, yang salah adalah pikiran orang kolot yang menganggap dunia ini statis dan tak mampu menerima kenyataan bahwa semua sudah jauh berubah! ;)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *