Hamilku 39 minggu sudah, dan menurut perhitunganku berdasarkan HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir), taksiran persalinan (TP) si kakak jatuh pada tanggal 15 April 2012, satu minggu lagi lebih kurang ya Nak 🙂
Malam itu, sepulang dari Graha Pena Sumeks, aku merasa Αϑά ƔåΩƍ menekan dan membuat tak nyaman di bagian bawah panggulku, dan beberapa kali aku harus berganti pakaian dalam karna pipisku ƔåΩƍ tiba2 keluar tanpa Αϑά HIV (Hasrat Ingin Vivis) sebelumnya.
Hanya sebatas itu, meski semalaman akhirnya tak juga bisa memejamkan mata karna ngilu ƔåΩƍ sering hilang-timbul di perut bagian bawahku.
Hari minggu, 8 April 2012, full activity.
Mulai dari pukul 08.00WIB ikut #kopdarKomunitas dan #akberPlb, lanjut makan siang bareng di PS ƔåΩƍ akhirnya berpindah tempat ke hypermart undermall (mayan jg jalan utk emak2 ƔåΩƍ mulai ngerasain kontraksi) 😀
Terus lanjut lagi arisan keluarga sampai hampir menjelang magrib.
Malam itu, berbeda dari biasanya, suamiku melaksanakan shalat magrib & isya di rumah saja, takut terjadi sesuatu pada istri tercinta katanya *halah* 😛
Kontraksi makin sering ku rasakan, dan aku mulai yakin ini adalah HIS betulan, bukan ℓɑ̈ƍi braxton hicks ƔåΩƍ sudah lebih seminggu ini terus menghantui dan bikin galau.
Menjelang jam 12 malam, ku hitung his-nya sudah per 15 menit dg lama his ±30″.
Suami mulai panik, aku terus mencoba menenangkannya.
Aku sendiri belum mau diboyong ke RS karena bloodslim ƔåΩƍ belum keluar sebagai penanda persalinan akan segera tiba.
Pukul 04.00 WIB,
His sudah per 10 menit, dan sakitnya luar biasa.
Suami bangun dari tidurnya dan segera menyalakan motor, kami menuju kediaman orang tuaku.
Pukul 05.00 WIB,
Aku masih enggan ke RS, ℓɑ̈ƍi2 dg alasan ƔåΩƍ sama, bloodslim belum keluar.
Ibuku menyarankan utk periksa pembukaan jalan lahir di bidan dekat rumah.
Yepz, bukaan 1, dan bloodslim sudah Αϑά meski masih sangat sedikit.
Tp aku masih belum tenang, karena bukan sedikit kasus dimana bukaan 1 pada anak pertama Αϑά ƔåΩƍ bisa sampai 20 hari.
Aku memutuskan untuk berjalan-jalan saja di sekitar halaman rumah dg dipapah suami tercinta.
Sebentar-bentar jalanku berhenti karena kontraksi ƔåΩƍ datang.
Pukul 09.30 WIB,
Aku kembali ke bidan, dinyatakan bukaan 2 jari sempit, porsio tipis, tp kepala masih tinggi.
Ku izinkan sang bidan ƔåΩƍ kebetulan temanku sendiri itu untuk men-striping porsioku, bukaan dinyatakan 3 jari setelah distriping.
Ibuku segera menyuruhku ke RS setelah mengetahui pembukaanku mengalami kemajuan.
Pukul 11.00 WIB,
Kami tiba di RS.Pusri. Walau tadinya aku maunya lahiran di klinik Budi Mulia, tempatku pertama kali mengabdikan ilmu.
Aku tau persis bagaimana pelayanan di sana, bagaimana hasil jahitan akhirnya, dan menurutku sebanyak aku melihat kerja rekan2 bidan, di tempat ini ƔåΩƍ paling sempurna perlakuannya, walau jauh dari fasilitas mewah.
Pada akhirnya aku menurut juga dibawa ke RS.Pusri, bukan hanya karena ini RS terdekat dari rumah ibuku, tp juga karena kamar rawatku sudah dibooking & disiapkan oleh sahabat baikku yg dulunya sempat jadi pacarku (uhuk), kebetulan saat ini beliau bekerja di bagian office RS itu, jadi apa salahnya sekalian membantuku memesan kamar 😉
Pukul 13.00 WIB,
Pembukaanku belum mengalami kemajuan, tetap di 3cm, sementara kontraksi ini terus menyiksa.
Oh God, aku hampir stress menahan sakitnya.
Pukul 16.00 WIB,
Bukaan baru naik ke 4cm, aku kembali dipindahkan dari ruang rawatku ƔåΩƍ nyaman menuju VK (ruang persalinan) ƔåΩƍ menegangkan.
Air mataku sudah merebak sejak pukul 2 siang tadi.
Baik mertua & ibuku pun sudah dari tadi sibuk menenangkan dan menggosok-gosok punggungku.
Pukul 17.00 WIB,
Bukaan 5, rasa ingin mengejan sudah tak bisa ku hindari ℓɑ̈ƍi. Dan tiap kontraksi datang, aku otomatis mengejan dg sendirinya.
Tak bisa ℓɑ̈ƍi mengatur nafas dg tenang, semua teori pernafasan ƔåΩƍ didapat saat kuliah & senam hamil melayang entah kemana, tak menyisakan sedikitpun memori di otakku.
Aku mulai berteriak tak karuan, menangis meraung-raung seakan ini akhir dari kehidupan duniaku.
Entah sudah berapa ratus atau bahkan mungkin ribuan kalimat dzikir ƔåΩƍ terlontar dari bibirku sejak tadi.
Aku beruntung karena Ayah mertuaku berhasil menenangkan suamiku & mengingatkannya untuk selalu berdzikir di sampingku.
Ku peluk suamiku erat-erat, ku genggam tangan ibuku memohon ampun.
Seperti inikah jalan ƔåΩƍ harus ditempuh untuk mengubah telapak kaki menjadi surga???
Sungguh sakit Ya Rabb…………
Dua kali aku sempat melontarkan kalimat “dak sanggup lagi bi….”
Meski dalam hati aku tetap penasaran dg rasa sakit berikutnya. Sungguh aku ingin merasakan bagaimana klimaks dari semua sakit ini.
Aku ingin tau bagaimana ibuku bisa melalui dua kali perjalanan seperti ini dg selamat.
Bagaimana mertuaku bisa menghadirkan suamiku sebagai anak ke-TUJUH.
Bagaimana rasanya menjadi seperti pasien-pasienku dulu.
Aku tak pernah mau mengalah dengan keadaan, jika mereka semua mampu, aku yakin AKU LEBIH MAMPU!!!
Pukul 19.00 WIB,
Bukaan 9cm, hampir lengkap, tapi kepala belum turun sempurna, dicurigai Αϑά lilitan tali pusat ƔåΩƍ membuat terhambatnya penurunan kepala.
Yah, tp setidaknya aku lega skrg.
Sebentar ℓɑ̈ƍi akan ku hadapi pertarungan hidup & mati itu.
Dan aku sudah sangat siap Ya Rabb….
Kini waktunya aku mengejan.
Tidak seperti kebanyakan pasien ƔåΩƍ pernah ku jumpai dimana biasanya saat waktu mengejan tiba, mereka berlomba dg waktu utk memejamkan mata karena rasa kantuk ƔåΩƍ datang entah darimana.
Aku begitu semangat menyambut saat-saat ƔåΩƍ paling menegangkan ini.
Meski sudah 2 hari – 2 malam aku tak beristirahat sama sekali, namun saat ini tak Αϑά kantuk, tak Αϑά ketakutan, tak Αϑά keraguan sedikitpun.
Aku hanya ingin melihat wajah putri ƔåΩƍ selama sembilan bulan belakangan ini terus menemani hariku.
Aku tak mau makan dari siang, namun sempat meminta minum pada ibuku.
Kemudian sambil mengucap basmalah, ku tarik nafas panjang dan aku mulai mengejan.
Faktanya, perineumku kaku & Αϑά lilitan tali pusat, nyaris tak mungkin aku bisa melalui persalinan ini tanpa episiotomi (pengguntingan jalan lahir).
Namun karna mereka tau aku satu profesi dg mereka, & kebetulan salah satu dr mereka adalah teman seangkatan semasa kuliah dulu, jd mereka memutuskan utk tidak melakukan tindakan terlalu dini, sampai mereka tau sejauh mana kemampuanku mengejan.
Pukul 19.20 WIB,
Bb di samping tempat tidurku bergetar penanda shalat Isya, tepat bersamaan dg suara Adzan, putri cantikku meluncur indah ke dunia dg BBL 3000gram & PBL 45cm.
Lebih menyenangkan ℓɑ̈ƍi ketika semua orang di ruangan itu memuji semangatku mengejan, sehingga aku bisa melalui persalinan ini tanpa episiotomi, pun jalan lahirku tidak sobek.
Terimakasih untuk 3 tahun masa kuliahku dan terimakasih pula untuk pasien-pasienku yg telah memberiku pengalaman.
Hanya saja, sedikit masalah yang ditemui, aku nyaris mengalami perdarahan karena rahimku ƔåΩƍ tidak berkontraksi dg baik postpartum (pasca persalinan).
Namun Alhamdulillah semua bisa diatasi dengan mudah 😉
Fiuuuhhhh…Sungguh luar biasa rasanya Ya Rabb.
Aku sempurna menjadi seorang wanita, meski beberapa waktu lalu sempat Αϑά ƔåΩƍ menyumpahiku tidak bisa merasakan hamil seperti dia (Na’udzubillahi).
Namun Allah Maha Tau, dibalik sekian banyak doa buruknya terhadapku, Allah ƔåΩƍ Maha Kasih justru memberiku nikmat bertubi ƔåΩƍ luar biasa…الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Kini aku dapat memeluk dan mencium putriku, buah cintaku dengan seorang ƔåΩƍ tertakdir menjadi suamiku ƔåΩƍ luar biasa pula.
Selamat datang, duhai Qurota’ayun kami, “Afifah Zhufairah Dynda Hidayat”.
Kau adalah lentera yg akan membuat rumah tangga kami makin bersinar terang, Nak 🙂
hampir sama kayak waktu lahiran Aya, jam 19.10 pas isya.
aku merasakan sakit yang sama itu el.
selamat ya.
blom sempet liat Dynda nih, maaf yo.
hehehe……Makasih Bunda Aya 🙂
Lucu yah kalo inget malem itu, Abinda sempet bbm mbak Nike curhat betanyoan tentang persalinan, saking paniknyo dio ngadepin bininyo yang kontraksi…hihi 😀