Dan mengenai gambar ini,
Menjawab status di atas, dimana letak kesombongan kami hai Nyonya???
Hanya karena kami berdua 24jam di rumah, bisa tertawa dan bercanda bersama dengan lengkap, maka itu harus dinamakan kesombongan kah???
Satu hal, Nyonya, Usia pernikahan kita masih sama-sama seumur jagung, kamu tak bisa menghakimi anak-anak kami jika ternyata kamupun tak mampu berbuat lebih dari kami!
Sepantasnya kamu tau, manusia tercipta beserta akalnya.
Suamiku saat ini memang tak punya kantor, tapi bukan berarti ia tak punya penghasilan.
Nyatanya, di usia pernikahan kita yang hanya terpaut 2 bulan, mampukah kalian melebihi kami???
Ah bagaimana mungkin, bahkan untuk memberi putramu ASI saja kamu tak mampu!
Jika ingin bicara harta, coba ajak paksa deh suami manjamu itu untuk hidup mandiri dan keluar dari zona nyamannya di dalam ketiak ortu.
Dengan gaji dosen + PNS suamimu itu, tanpa dibantu sama sekali oleh kedua ortu dan mertua, mampukah kalian mengontrak rumah untuk tinggal sementara, memenuhi rumah dengan perabotnya, memberi anak-anak kalian semua yang berkualitas, menabung untuk bisa menegakkan fondasi sendiri, dan tetap bisa bersenang-senang suami-istri…Mampukah???
Dan saat ini, jika boleh saya bertanya, apakah kalian sudah membeli centong nasi untuk bekal kalian jika mandiri nanti???
Ayolah Nyonya, buka matamu lebar-lebar, berhentilah bersembunyi di balik gelar S2 suamimu itu.
Berhentilah berbangga diri di balik seragam PNS suamimu.
Jadilah keluarga cerdas yang bisa saling mengarahkan untuk maju, bukan hanya sibuk menghina orang lain untuk menutupi ketidakmampuan diri!
Semua orang pun tau sebetulnya kamu yang ingin seperti saya.
Saya bahagia dengan semua keadaan ini.
Suami tak punya pekerjaan tetap, namun saya tetap bersyukur dan saya terima dengan ikhlas.
Jika sedang berlimpah saya coba mengolahnya sebaik mungkin, jika sedang kurang kami coba cari bersama-sama.
Hasilnya Subhanallah, belum genap 1 tahun pernikahan kami, walau masih sangat sederhana, namun Alhamdulillah sekali, sebuah fondasi atas nama pribadi sudah berdiri dan siap huni dalam waktu dekat.
Berhentilah mengumpat di belakang, jika memang ada yang tak kau suka dari kami, silakan hadapi muka kami langsung untuk bicara, kami toh masih manusia biasa yang bisa diajak duduk dan bicara baik-baik.
Justru tingkahmu yang tak terkontrol itu yang membuat kami lebih mengkhawatirkan kesehatan jiwamu.
Oh ya, bicara tentang beres2 rumah dan melayani suami, sepertinya saya harus berterimakasih pada seseorang yang pernah membuka mata saya tentang nikmatnya menjadi ibu, mengurus rumah tangga, dan melayani suami sebaik mungkin.
Walau terus terang ini belum menjadi tujuan akhir saya, dan masih banyak impian menggunung di benak saya, namun saya bahagia dengan keadaan ini.
Yang perlu anda tau, akan ku korbankan apapun juga untuk bisa terus bersama suami dan anak-anakku, karena aku tak mau terpisah 1 detikpun dengan mereka, di dunia ini.
Dan jika aku ingin menggapai impianku, itu HANYA JIKA mereka tetap berada di sisiku, dalam pelukanku, tidak terpisah jarak ataupun waktu.
Kembali bicara tentang melayani suami,
Lancang sekali kamu berkata, tidakkah kamu bahagia melayani suamimu sendiri???
Jika memang kamu tak bahagia, sungguh kasian sekali benih tak berdosa di perutmu yang hanya terpaut 2 bulan hadirnya pasca persalinanmu yang pertama, akankah ia menjadi anak yang tak diharapkan???
Lalu mengenai IRT, apakah gelar Ahlimadya Kebidanan (Am.Keb.) yang kumiliki itu sudah sebegitu tinggi derajatnya di matamu, sehingga sayang sekali jika lulusan diploma sepertiku harus menjadi IRT biasa, sementara yang sarjana sepertimu ga sayang gitu jadi IRT ???
Bukankah kamu juga IRT biasa, gelarmu malah lebih dari yang aku punya, koq ga ngaca gitu ya ngomongnya.
Lupa juga kali ya bahwa pendidikanku adalah ilmu profesi, jadi kalopun tidak sekarang, mo udah punya cucu nanti kalo modal dan niatnya ada ya gampang aja tinggal buka klinik 🙂
Lah situ gimana coba? emangnya masih ada perusahaan yang mau nerima nenek-nenek kerja? Situ merid aja perusahaan udah pada banyak yang ga noleh.
Mau bilang buka usaha sendiri juga??? Lah wong ngurus suami aja dirimu ogah koq gimana mo ngurus bisnis.
Untuk anak-anakku nanti, kalopun mereka menjawab “abi ga kerja bu, cuma di rumah aja”, tapi kalau teman-teman dan gurunya melihat dengan kendaraan apa dia pulang-pergi sekolah, seperti apa rupa penampilan dan pakaiannya, mereka tentu takkan berani mengejek anak-anakku.
dan jika anakku menjawab “Ummi lulusan bidan, tapi di rumah aja bu, kerjanya beres2 rumah sama ngurusin abi dan kami2”, kalau semua ibu dari teman-temannya KB dan melahirkan di klinik ummi, walau bukan ummi-nya yang memegang pasien langsung, tapi anak-anakku akan tau, Umminya bukan IRT biasa 🙂
Bagaimana jika situasinya dibalik pada kalian,
Ayahmu mana nak? koq ga datang ambil rapotmu? “papa kerja bu, pulangnya selalu malam, jangankan untuk ambil rapot, mengajariku membuat PR saja tak ada waktu”.
Ibumu lulusan apa nak? skrg kerja dimana? “Mamaku sarjana bu, tapi udah lama jadi pengangguran.”
Gapapa, berarti ibumu sayang kalian, dia memilih untuk beres2 rumah & mengurus kalian, “ah enggak koq bu, yang beres2 rumah kan nenek, yang ngurus kami juga nenek. Sejak bayi kami sudah sering ditinggal sama nenek, sementara mama & papa kalau ada waktu selalu pergi berdua saja”.
Situasi mana yang lebih memprihatinkan? Ketika pada hari libur anak-anakmu bertengkar dengan sepupunya karena berebut chanel TV. Anakmu tak punya kuasa apapun ketika sepupunya menjawab “ini bukan TV mu saja, aku juga boleh menonton di sini, ini kan TV nenek”.
Jadi, Nyonya, janganlah kamu terlalu gampang menghina kemiskinan orang.
Aku dan suami sama-sama terlahir dalam kemiskinan, keterpurukan, maka tidaklah mungkin kami tega melihat para Qurota’ayun kami bernasib sama.
Perjalanan hidup masih jauh ke depan, kita toh bahkan belum mengarungi sejengkalnya.
Satu lagi Nyonya dan Tuan yang terhormat, sungguh kami tak pernah tau mengapa kalian tiba-tiba menyerang kami bertubi dan menunjukkan sikap seakan kami kutu di kulit kalian, padahal meminta makan pada kalian pun kami tak pernah.
Jika kami pernah melakukan hal yang tanpa kami sadari mengusik kenyamanan kalian, tolong beritahu kami langsung, jangan seperti pengecut yang hanya berani berkicau di belakang tetapi ketika dihadapi mulai mengeluarkan seribu alasan untuk berkelit.
Jika kalian terus berkelit, mungkin itu artinya kalian sendiri pun tak tau alasan apa yang membuat kalian harus membenci dan memusuhi kami 🙂
“Hanya keledai yang bisa jatuh dua kali ke dalam lubang yang sama”
dan kamu sudah jatuh empat kali dalam penyakit hatimu terhadap kami,
terhitung sejak 3 tahun lalu 🙂
Pingback: “Hanya keledai yang bisa jatuh dua kali ke dalam lubang yang sama” (1) | This is My Life