“Hanya keledai yang bisa jatuh dua kali ke dalam lubang yang sama” (1)

Awalnya aku tak pernah menyadari bahwa hidupku sudah sedemikian indahnya.
Meski menurutku ini belum cukup sempurna untuk semua impian-impian kami yang masih mengambang, namun bagi sebagian orang yang hanya dapat mengintip di luar sana, hidup yang ku punya sudah terasa amat menggerahkan bagi orang-orang berhati dengki.

Tanpa bermaksud untuk berkata kasar dan buruk, aku memilah-milih adakah kalimat yang lebih halus untuk menggambarkan seorang yang dengan tanpa hentinya, tanpa lelahnya, dan tanpa diketahui alasannya terus saja berkata buruk dan menghinakan keadaan orang lain seakan dia telah menggenggam dunia.

Aku tak pernah mengusikmu sebelumnya, sedikitpun tak pernah.
Yah, bagaimana mungkin aku mampu mengusikmu sementara kamu adalah istri dari teman baik suamiku (meskipun hampir seluruh teman-teman mereka ogah disebut sebagai teman suamimu).
Dan bagaimana mungkin aku mampu mengusikmu sementara berteman saja kita TIDAK.

Continue reading